a. Keterampilan
Berbicara
Keterampilan
berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan
kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun
dengan jarak jauh. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan dengan
menggunakan bahasa lisan. Menurut Wilkin (dalam Oktarina, 2002) menyatakan
bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat – kalimat karena
komunikasi terjadi melalui kalimat – kalimat untuk menampilkan perbedaan
tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda (http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08 diakses tanggal 25
November 2012 pukul 13.40 WIB).
Selanjutnya
menurut Dr. Tri Budhi Sastrio, M. Si dalam tulisannya yang berkepala: Keterampilan Dasar Berbahasa Antara Harapan
dan Realita menyatakan sebagai berikut (http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08 diakses tanggal 25
November 2012 pukul 13.40 WIB).
“Kemampuan dan
keterampilan berbicara mungkin merupakan keterampilan dasar berbahasa yang
paling tidak mudah dimanipulasi jika konsep ‘unjuk kerja’ yang dijadikan tolok
ukur. Seseorang tidak mungkin memoles kemampuan berbicaranya, khususnya bahasa
asing, dalam semalam saja seandainya besok ia harus mengikuti tes berbicara.
Kemampuan berbicara seseorang diperoleh dalam jangka waktu lama dan dengan
usaha yang tidak kenal lelah”.
Ketampilan
yang digunakan untuk alat komunikasi dengan orang lain. Keterampilan berbicara
menurut Yeti Mulyati (2008: 3.3-3.21) terbagi kedalam beberapa kegiatan seperti
:
1) Berdialog
Berdialog
dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik
tertentu antara 2 orang atau lebih. Fungsi utama berdialog adalah bertukar
pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan sesuatu masalah. Dialog dapat
diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti bertelepon, bercakap – cakap, tanya
–jawab, wawancara, diskusi, musyarawarah, debat, dan simposium.
Dialog ini dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja. Hal – hal yang perlu diperhatikan ketika berdialog adalah (1)
bagaimana menarik perhatian, (2) bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu
percakapan, (3) bagaimana menyela, mengoreksi, memperbaiki, dan mencari
kejelasan, (4) bagaimana mengakhiri suatu percakapan.
Bahasa
yang digunakan dalam dialog ini relatif pendek – pendek. Namun demikian,
pembicaraan dapat mudah dipahami apabila disertai mimik yang mendukung.
Ekspresi wajah, gerakan, anggukan kepala, dan sejenisnya termasuk
paralinguistik yang amat penting dalam dialog.
2) Menyampaikan
Pengumuman
Menyampaikan
pengumuman adalah menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak
ramai. Ciri – ciri yang harus diperhatikan dalam menyampaikan pengumuman
diantaranya, yaiitu volume suara harus lebih keras, intonasi tepat, dan gaya
penampilan yang menarik.
3) Menyampaikan
Argumentasi
Salah
satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus
mempertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan
mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau
peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat – pendapatnya
(Laksaono, 2003:20).
4) Bercerita
Bercerita
merupakan salah satu keterampilan berbicara. Melalui bercerita dapat menjalin
hubungan yang akrab. Manfaat lain dari bercerita, yaitu (1) memberikan hiburan,
(2) mengajarkan kebenaran, dan (3) memberikan keteladanan.
Seorang
pendongeng yang baik dan hebat adalah pendongeng yang mampu menghidupkan
cerita. Dengan kata lain si pendongeng mampu menciptakan imajinasi dipikiran
siswa atau orang yang mendengarkan. Untuk itu, seorang pendongeng mempersiapkan
diri dengan cara (1) memahami pendengar (audiens), (2) menguasai materi cerita,
(3) menguasai olah suara, (4) menguasai berbagai macam karakter, (5) luwes
dalam berolah tubuh, (6) menjaga daya tahan tubuh.
Disisi lain ada juga jurus dalam
mendongeng, yaitu (1) menciptakan suasana akrab, (2) menghidupkan cerita dengan
cara memiliki kemampuan teknik membuka cerita, menciptakan suasana dramatik,
menutup yang membuat penasaran, (3) kreatif, (4) tanggap dengan situasi dan
kondisi, (5) konsentrasi total, dan (6) ikhlas.
Selain itu, Nadeak (1987)(dalam Yeti
Mulyati, 2007:3.7) mengemukakan 18 hal yang berkaitan dengan bercerita, yaitu
(1) memilih cerita yang tepat, (2) mengetahui cerita, (3) merasakan cerita, (4)
menguasai kerangka cerita, (5) menyelaraskan cerita, (6) pemilihan pokok cerita
yang tepat, (7) menyelaraskan dan menyarikan cerita, (8) menyelaraskan dan
memperluas, (9) menyederhanakan cerita, (10) menceritakan cerita secara
langsung, (11) bercerita dengan tubuh yang alamiah, (12) menentukan tujuan,
(13) mengenali tujuan dan klimaks, (14) mengfungsikan kata dan percakapan dalam
cerita, (15) melukiskan kejadian, (16) menetapkan sudut pandang, (17)
menciptakan suasana dan gerak, (18) merangkai adegan.
Keterampilan
berbicara, merupakan keterampilan yang berhubungan dengan komunikasi secara
lisan (Gage dan Berliner,1984:59). Untuk keterampilan berbicara, siswa harus
mampu menunjukkan kemahirannya memilih dan menguraikan kata atau kalimat
sehingga informasi, ide, atau yang dikomunikasikan dapat diterima secara mudah
oleh pendengarnya (dalam Dimyati, 2009:208).
b. Keterampilan
Berbahasa
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota
suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri;
percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun (dalam
KBBI edisi kedua, 1991:77). Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting
manusia yang memungkinkan ia unggul atas makhluk – makhluk lain di muka bumi
(Mulyono Abdurrahman, 2003:182). Masih dalam buku yang sama, bahasa merupakan
suatu komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa ujaran, membaca, dan
menulis (Lerner, 1988:311). Bahsa ujaran yaitu suatu ekspresi bahasa dalam
bentuk wicara. Wicara merupakan suatu bentuk penyampaian bahasa dengan
menggunakan organ wicara.
Penggunaan
bahasa, terdapat empat keterampilan dasar berbahasa, yaitu mendengarkan
(menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Jenis keterampilan berbahasa ada
dua, yaitu lisan dan tulisan. Keterampilan berbahasa lisan meliputi
mendengarkan dan berbicara. Sedangkan, keterampilan berbahsa tulisan meliputi
membaca dan menulis.
Mendengarkan
adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif (menerima).
Dengan demikian, mendengarkan disini berarti bukan sekadar mendengarkan bunyi –
bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam
mendengarkan, yaitu mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan
secara noninteraktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan
tatap muka dan percakapan dalam telepon atau yang sejenis dengan itu. Dengan
kata lain mendengarkan secara interaktif itu adanya kontak langsung dan mampu
tanya jawab untuk mendapatkan kejelasan yang lebih valid. Mendengarkan secara
noninteraktif yaitu sebaliknya dari pengertian mendengarkan secara interaktif.
Dengan kata lain mendengarkan secara noninteraktif itu tidak adanya timbal
balik tidak adanya kontak langsung untuk meminta konfirmasi. Contoh
mendengarkan secara interaktif yaitu mendengarkan radio, melihat televisi,
menonton film, dll.
Berbicara
merupakan keterampilan bahasa lisan yang bersifat produktif (menghasilkan).
Secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif,
semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi berbicara interakrif, misalnya
percakapan tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya
pergantian antara berbicara dan mendengarkan. Dan juga memungkinkan kita untuk
meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara
memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Situasi berbicara semiinteraktif,
misalnya dalm berpidato dihadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini,
peserta tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara
dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Sedangkan
situasi terakhir yaitu situasi berbicara noninteraktif, misalnya berpidato
melalui radio atau televisi.
Membaca
adalah keterampilan reseptif bahasa lisan. Keterampilan membaca dapat
dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan
berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah
berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi
dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Menulis
adalah keterampilan produktif yang menggunakan tulisan. Menulis ini dapat
dikatakan suatu keterampilan yang sangat rumit diantara jenis – jenis
keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukan sekedar menyalin kata
– kata dan kalimat – kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan
pikiran – pikiran ide dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
No comments:
Post a Comment