Tuesday, October 27, 2015

Keterampilan Berbicara dan Berbahasa


a.       Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan dengan menggunakan bahasa lisan. Menurut Wilkin (dalam Oktarina, 2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat – kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat – kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda (http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08 diakses tanggal 25 November 2012 pukul 13.40 WIB).
Selanjutnya menurut Dr. Tri Budhi Sastrio, M. Si dalam tulisannya yang berkepala: Keterampilan Dasar Berbahasa Antara Harapan dan Realita menyatakan sebagai berikut (http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08 diakses tanggal 25 November 2012 pukul 13.40 WIB).
“Kemampuan dan keterampilan berbicara mungkin merupakan keterampilan dasar berbahasa yang paling tidak mudah dimanipulasi jika konsep ‘unjuk kerja’ yang dijadikan tolok ukur. Seseorang tidak mungkin memoles kemampuan berbicaranya, khususnya bahasa asing, dalam semalam saja seandainya besok ia harus mengikuti tes berbicara. Kemampuan berbicara seseorang diperoleh dalam jangka waktu lama dan dengan usaha yang tidak kenal lelah”.

Ketampilan yang digunakan untuk alat komunikasi dengan orang lain. Keterampilan berbicara menurut Yeti Mulyati (2008: 3.3-3.21) terbagi kedalam beberapa kegiatan seperti :
1)      Berdialog
Berdialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara 2 orang atau lebih. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan sesuatu masalah. Dialog dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti bertelepon, bercakap – cakap, tanya –jawab, wawancara, diskusi, musyarawarah, debat, dan simposium.
Dialog ini dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Hal – hal yang perlu diperhatikan ketika berdialog adalah (1) bagaimana menarik perhatian, (2) bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan, (3) bagaimana menyela, mengoreksi, memperbaiki, dan mencari kejelasan, (4) bagaimana mengakhiri suatu percakapan.

Bahasa yang digunakan dalam dialog ini relatif pendek – pendek. Namun demikian, pembicaraan dapat mudah dipahami apabila disertai mimik yang mendukung. Ekspresi wajah, gerakan, anggukan kepala, dan sejenisnya termasuk paralinguistik yang amat penting dalam dialog.

2)      Menyampaikan Pengumuman
Menyampaikan pengumuman adalah menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh khalayak ramai. Ciri – ciri yang harus diperhatikan dalam menyampaikan pengumuman diantaranya, yaiitu volume suara harus lebih keras, intonasi tepat, dan gaya penampilan yang menarik.
3)      Menyampaikan Argumentasi
Salah satu proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat, yaitu debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap pendapat – pendapatnya (Laksaono, 2003:20).
4)      Bercerita
Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara. Melalui bercerita dapat menjalin hubungan yang akrab. Manfaat lain dari bercerita, yaitu (1) memberikan hiburan, (2) mengajarkan kebenaran, dan (3) memberikan keteladanan.
Seorang pendongeng yang baik dan hebat adalah pendongeng yang mampu menghidupkan cerita. Dengan kata lain si pendongeng mampu menciptakan imajinasi dipikiran siswa atau orang yang mendengarkan. Untuk itu, seorang pendongeng mempersiapkan diri dengan cara (1) memahami pendengar (audiens), (2) menguasai materi cerita, (3) menguasai olah suara, (4) menguasai berbagai macam karakter, (5) luwes dalam berolah tubuh, (6) menjaga daya tahan tubuh.
Disisi lain ada juga jurus dalam mendongeng, yaitu (1) menciptakan suasana akrab, (2) menghidupkan cerita dengan cara memiliki kemampuan teknik membuka cerita, menciptakan suasana dramatik, menutup yang membuat penasaran, (3) kreatif, (4) tanggap dengan situasi dan kondisi, (5) konsentrasi total, dan (6) ikhlas.

Selain itu, Nadeak (1987)(dalam Yeti Mulyati, 2007:3.7) mengemukakan 18 hal yang berkaitan dengan bercerita, yaitu (1) memilih cerita yang tepat, (2) mengetahui cerita, (3) merasakan cerita, (4) menguasai kerangka cerita, (5) menyelaraskan cerita, (6) pemilihan pokok cerita yang tepat, (7) menyelaraskan dan menyarikan cerita, (8) menyelaraskan dan memperluas, (9) menyederhanakan cerita, (10) menceritakan cerita secara langsung, (11) bercerita dengan tubuh yang alamiah, (12) menentukan tujuan, (13) mengenali tujuan dan klimaks, (14) mengfungsikan kata dan percakapan dalam cerita, (15) melukiskan kejadian, (16) menetapkan sudut pandang, (17) menciptakan suasana dan gerak, (18) merangkai adegan.

Keterampilan berbicara, merupakan keterampilan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan (Gage dan Berliner,1984:59). Untuk keterampilan berbicara, siswa harus mampu menunjukkan kemahirannya memilih dan menguraikan kata atau kalimat sehingga informasi, ide, atau yang dikomunikasikan dapat diterima secara mudah oleh pendengarnya (dalam Dimyati, 2009:208).



b.      Keterampilan Berbahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri; percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun (dalam KBBI edisi kedua, 1991:77). Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan ia unggul atas makhluk – makhluk lain di muka bumi (Mulyono Abdurrahman, 2003:182). Masih dalam buku yang sama, bahasa merupakan suatu komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa ujaran, membaca, dan menulis (Lerner, 1988:311). Bahsa ujaran yaitu suatu ekspresi bahasa dalam bentuk wicara. Wicara merupakan suatu bentuk penyampaian bahasa dengan menggunakan organ wicara.
Penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar berbahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Jenis keterampilan berbahasa ada dua, yaitu lisan dan tulisan. Keterampilan berbahasa lisan meliputi mendengarkan dan berbicara. Sedangkan, keterampilan berbahsa tulisan meliputi membaca dan menulis.
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif (menerima). Dengan demikian, mendengarkan disini berarti bukan sekadar mendengarkan bunyi – bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan dalam telepon atau yang sejenis dengan itu. Dengan kata lain mendengarkan secara interaktif itu adanya kontak langsung dan mampu tanya jawab untuk mendapatkan kejelasan yang lebih valid. Mendengarkan secara noninteraktif yaitu sebaliknya dari pengertian mendengarkan secara interaktif. Dengan kata lain mendengarkan secara noninteraktif itu tidak adanya timbal balik tidak adanya kontak langsung untuk meminta konfirmasi. Contoh mendengarkan secara interaktif yaitu mendengarkan radio, melihat televisi, menonton film, dll.
Berbicara merupakan keterampilan bahasa lisan yang bersifat produktif (menghasilkan). Secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi berbicara interakrif, misalnya percakapan tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan. Dan juga memungkinkan kita untuk meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Situasi berbicara semiinteraktif, misalnya dalm berpidato dihadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, peserta tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Sedangkan situasi terakhir yaitu situasi berbicara noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa lisan. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Menulis adalah keterampilan produktif yang menggunakan tulisan. Menulis ini dapat dikatakan suatu keterampilan yang sangat rumit diantara jenis – jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukan sekedar menyalin kata – kata dan kalimat – kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran – pikiran ide dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

No comments:

Post a Comment